Wilayah Jakarta dan sekitarnya terkenal dengan udara terik, debu, asap kendaraan, dan suara hiruk-pikuk kendaraan di jalan raya.
Jakarta dibentengi oleh beton-beton yang mengalahkan pepohonan. Namun di dekat Jakarta, tepatnya di Depok, masyarakat bisa datang ke Kampus Universitas Indonesia (UI) untuk menghirup udara segar.
Luas lahan kampus ini mencapai 320 hektare dengan atmosfer green campus karena hanya 25 persen lahannya yang digunakan sebagai sarana akademik, riset, dan kemahasiswaan. Sedangkan 75 persen merupakan area hijau berwujud hutan kota, di mana di dalamnya terdapat delapan danau alam.
Sangat cantik. Sebuah area yang menjanjikan ketenangan dan keasrian untuk mendukung nuansa akademik. Maka tak heran, di setiap fakultas yang berjumlah 12 dan banyak ditumbuhi pepohonan rindang, berhasil mengundang banyak mahasiwa untuk duduk-duduk di bawah pohon sambil membaca buku, membuka latop, dan bercengkerama.
Bahkan di UI, tersedia jalur lintasan sepeda terpanjang di dunia yang panjangnya mencapai 25 kilometer. Sungguh menyenangkan berkeliling Kampus UI yang kental nuansa alam itu.
Apalagi, di sana ada juga perpustakaan dengan perpaduan gaya arsitektur yang unik seperti prasasti dan dinding terbuat dari batu dan kaca yang berisi tulisan-tulisan dari seluruh dunia.
Pepohonan besar berusia 30 tahunan dengan diameter lebih 100 cm juga seolah menyambut kedatangan setiap tamu UI. Pohon-pohon ini memang sengaja tidak ditebang pada saat pembangunan kompleks UI.
Keteduhan ini melengkapi keindahan tepi danau yang asri. UI membuat taman untuk membiasakan agar orang Indonesia lebih suka pergi ke taman ketimbang ke mal.
Pohon Raksasa
UI juga dimegahkan dengan keberadaan 10 pohon raksasa. Keberadaan pohon ini ditandai dengan penandatanganan prasasti relokasi pemindahan pohon African Baobab ke-10 dari Subang, Jawa Barat, pada 6 Mei 2010. Pemindahan pohon ini merupakan rangkaian kegiatan Musyawarah Nasional Ikatan Alumni UI (Iluni) ke-6 dan Festival UI “Untuk Indonesia” pada 1-2 Oktober 2011.
Pemindahan pohon ini menandai kontribusi UI dan Iluni dalam membangun peradaban serta masa depan bangsa ke depan. Pohon ini tidak hanya merupakan simbol bahwa UI dan Iluni akan menjadi motor bagi lahirnya pemimpin bangsa yang amanah dan menyejahterakan rakyat, tapi juga akan dikembangkan sebagai pohon masa datang.
Peristiwa pemindahan (diangkat dari akarnya) terhadap 10 pohon raksasa pertama di dunia ini juga menjadi upaya nyata UI dan Iluni untuk mendorong masyarakat Indonesia yang sehat dan harga pangan yang terjangkau. Mengingat, perguruan tinggi semestinya berada di posisi terdepan dalam upaya mengatasi persoalan negeri.
“UI sama sekali tidak mengeluarkan dana untuk proses relokasi pohon ini karena UI melibatkan BUMN yang bergerak di bidang konstruksi dan alat-alat berat dengan menggunakan dana CSR (Corporate Social Responsibility),” kata Devie Rahmawati, Sekretaris Rektor UI, kepada SH baru-baru ini.
Pohon yang dikenal masyarakat dengan istilah Pohon Ki Tamblek ini memiliki diameter rata–rata 3,5-4,7 meter dengan berat 50-120 ton.
Bahkan, salah satu dari 10 pohon ini sudah terkena petir tapi masih bisa tumbuh dan usianya kini sudah 160 tahun. Pohon-pohon tersebut juga akan dijadikan bahan penelitian di bidang ilmu kedokteran dan farmasi herbal, biologi, dan pangan, serta riset lain.
Apalagi, UI membuka program Magister Herbal pertama di Indonesia. Nanti, UI akan membuka program Doktor Herbal pertama di Indonesia, dengan harapan jangan sampai China yang menjadi kiblat pengobatan herbal dunia.
Berdasarkan penelitian ilmuwan dari Jerman, pohon tersebut mengandung vitamin C yang sangat tinggi bahkan enam kali lebih banyak daripada yang terkandung dalam jeruk, dan kadar kalsiumnya tiga kali lebih banyak daripada susu, serta mengandung kadar mineral yang sangat tinggi.
Daun pohon ini dapat digunakan untuk bahan lalap atau sayur. Kulit pohon dapat digunakan untuk membuat tali, bahkan pakaian.
Pohon ini ditengarai juga mengandung zat-zat yang dipakai sebagai obat tradisional. Di Eropa, buah pohon tersebut diterima sebagai produk alam dari Afrika yang kemudian daging buahnya diproduksi dalam kemasan bubuk yang khusus dimanfaatkan sebagai penambah bahan untuk mengolah sup dan makanan olahan lainnya.
Dengan khasiat yang luar biasa tersebut, pohon ini berpotensi menjadi pohon masa datang, terutama jika dikaitkan dengan isu pemanasan global, perubahan iklim, dan pertambahan penduduk yang terus meningkat.
Untuk itu, UI dan Iluni akan menggandeng banyak pihak untuk mengembangkan riset terapan yang akan menjadikan hasil pohon ini untuk kepentingan publik yang luas.
Sejak periode Rektor UI Gumilar Rusliwa Somantri, sudah ditanam 90.000 pohon di kampus ini. UI juga mempunyai arborectrum (museum tanaman). Di sini dirawat berbagai jenis tanaman langka dari seluruh Indonesia, agar menjadi arena untuk melakukan penelitian yang sangat berguna. (CR-24)
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bijak, tapi jangan spam !