10 November 2008

Filled Under:

Meneladani jiwa bisnis Muhammad SAW

PERSAINGAN untuk menguasai perekonomian sangat gencar dilakukan baik dalam lingkup negara, perusahaan, maupun perorangan. Peperangan antar negara, persaingan usaha maupun pembunuhan manusia sering berujung pangkal pada masalah ekonomi. Sepertinya manusia dengan ketinggian dan kemajuan science dan teknologinya ketika dihadapkan pada kebutuhan perut bukan semakin lama semakin beradap tetapi masih saja menjadi serigala bagi sesamanya alias homo homini lupus.

Persaingan dagang pun dilakukan dengan menghalalkan segala cara (machiavelis), dan menganggap pesaing merupakan musuh besar yang selayaknya dimatikan. Berbagai macam persaingan yang tidak fair terjadi baik lewat iklan atau pun persaingan dagang dengan kecurangan dan fitnah yang bisa membuat pesaing hancur.

Berbagai kebohongan dan kecurangan yang terjadi dalam dunia perdagangan, seolah-olah lazim dilakukan untuk mendapatkan sebuah keuntungan. Sebaliknya kejujuran dan cara-cara lain yang benar semakin jauh ditinggalkan karena dianggap merugikan dan menghambat.

Maulud Nabi Muhammad SAW adalah peristiwa besar dalam peradaban manusia di tengah zaman jahiliyah yang dipenuhi kejahatan dan kebodohan, kebengisan dan keserakahan, kebrutalan, dan ketamakan yang bermuara pada kekuasaan ekonomi dunia yang membabi buta. Kedatangan Muhammad SAW sebagai nabi akhirul zaman adalah untuk menyelamatkan mereka dalam berbagai sendi-sendi kehidupan ekonomi, politik, kebudayaan, kemasyarakatan, dll, yang bermuara pada aspek ketuhanan.

Berbagai macam teladan tentang akhlaq Muhammad SAW dalam kehidupan telah banyak dibahas, tetapi ada sisi lain dari kehidupannya yang banyak terlupakan orang yakni kesuksesan cara bisnis beliau. Muhammad SAW telah mengajarkan perilaku bisnis yang begitu indah, jauh dari cara-cara culas dan kecurangan ataupun kebrutalan yang saling menghancurkan.

Ketrampilannya dalam berbisnis tidak lepas dari kondisi dan latar belakang yang melingkupinya. Kondisi kota Mekkah dari dulu hingga kini marak dengan kehidupan perdagangan.

Tanahnya yang kering rasanya sulit untuk kegiatan bercocok tanam. Dengan kondisi lingkungan yang demikian sangat mempengaruhi kehidupannya untuk ikut terjun menekuni bisnis perdagangan. Kemandirian beliau terpupuk ketika usia masih kanak-kanak. Muhammad kecil sudah mulai meniti dunia kerjanya dengan menjadi penggembala kambing yang menerima upah.
Hal ini sangat membantu kehidupan beliau untuk tidak sekadar menggantungkan kehidupan dari pamannya, Abu Thalib. Pengetahuan tentang dagang beliau dapatkan dari Abu Thalib yang kebetulan juga seorang pebisnis dan sering mengajak Muhammad melakukan perdagangan.

Bersaing positif
Muhammad memulai perdagangan secara kecil-kecilan di Kota Mekkah. Beliau berangkat dari modal sangat kecil ataupun modal dengkul dengan membeli barang-barang dari satu pasar kemudian menjualnya pada para pembeli.

Terkadang beliau juga bekerja untuk mendapatkan upah atau pun sebagai agen untuk beberapa pebisnis kaya di Kota Mekkah. Muhammad telah menjalankan bisnis tidak dengan modal yang cukup besar. Muhammad telah berhasil meraih uang tidak dengan mengeluarkan uang tetapi beliau memupuk kepercayaan para pemodal dalam menjalankan bisnisnya. Beliau berhasil membangun reputasi sebagai pebisnis ulung sehingga orang tidak segan-segan menanamkan modal kepada beliau. Kalkulasi bisnisnya akurat, menatap peluang bisnis dengan jeli, kejujurannya pun menjadikan sebuah garansi bagi para mudzarib-nya.

Reputasi bisnis Muhammad akhirnya mempertemukannya dengan seorang konglomerat kaya pada masa itu, yakni Siti Khadijah, yang pada akhirnya menjadi seorang pendamping setianya dalam mengembangkan agama Islam. Kemudian Muhammad menjalankan bisnis Khatijah dengan berbagai macam cara, baik kerja sama bagi hasil atas keuntungan dan kerugian maupun sistem upah.

Keandalan bisnis Muhammad benar- benar teruji, dan telah melawat ke berbagai macam negara semacam Syria, Bahrain, Yaman, dan sebagainya untuk menjalankan bisnis Khadijah. Suasana perdagangan ke negara lain menjadi hal yang tidak asing bagi Muhammad karena beliau pernah mengunjungi daerah tersebut dalam pembelajaran dagang dengan pamannya.

Perjalanan karier bisnis Muhammad mencapai puncak keemasan pada usia beliau yang masih sangat muda, yakni 25 tahun. Pada usia itu Muhammad telah menjadi pebisnis ulung yang sukses apalagi setelah menikahnya beliau dengan Khadijah. Muhammad menikahi Khatijah dengan mas kawin 20 ekor unta muda hasil karya dagang beliau dalam bisnisnya. Keberhasilan bisnis Muhammad pun juga dibuktikan dengan catatan sejarah karena beliaulah yang pernah berkorban dengan 100 ekor unta secara pribadi.

Dalam keberhasilan ekonominya setelah menikah dengan Khadijah, kedermawanan Muhammad pun sangat menonjol. Hal ini dibuktikan ketika Halimah orang yang pernah menyusuinya datang mengunjungi beliau sekembalinya diberikan seekor unta dengan penuh barang bawaan dan empat puluh ekor kambing.

Kejujuran yang menjadi kunci sukses perjalan bisnisnya merupakan perilaku yang membutuhkan proses jangka panjang. Muhammad telah mempunyai sifat kejujuran sejak masa kecilnya sehingga hal ini sangat mempengaruhi dalam perilaku bisnisnya. Keramahan dan kesupelannya dalam berbisnis menjadi andalan Muhammad dalam berhubungan dengan pelanggan. Beliau melayani pelanggan dengan penuh kepedulian, sepenuh hati dan rendah hati.
Lebih dari itu Muhammad sangat mencintai customer-nya, bahkan beliau memperlakukan pembeli bagaikan saudaranya. Beliau mencintai pembeli bagaikan mencintai dirinya sendiri sampai beliaupun mengajarkan dalam sebuah hadistnya: ’’Belum beriman seseorang sehingga dia mencintai saudaramu seperti mencintai dirinya sendiri.” Pelayanan terhadap pembeli, ia lakukan dengan sigap dan penuh keikhlasan.

Beliau pernah marah ketika melihat pedagang menyembunyikan kurma basah disela-sela kurma kering. Beliau juga marah besar ketika ada seorang pedagang yang mengurangi timbangan.
Allah SWT memberikan ancaman tegas terhadap mental para pedagang yang demikian dengan memberikan ganjaran neraka. Muhammad tidak pernah mengajarkan orang untuk tidak sungguhsungguh dan tidak memiliki kesabaran dalam melakukan sebuah bisnis namun ingin memetik hasil secepatnya.

Beliau juga tidak pernah menganjurkan pebisnis yang hanya berdoa mengandalkan takdir baik tanpa melalui proses usaha yang optimal. Sebuah ajaran Muhammad tentang berbisnis yang mulia ini akan sangat kita sayangkan jika sebagai umat Islam tidak melaksanakannya. Perilaku bisnis Muhammad akan menjadi sebuah kunci sukses yang besar jika kita benar-benar menempa diri kita menjadi jiwa bisnis Muhammad.

Marilah kita lakukan dengan sebuah proses yang sungguh-sunguh dan penuh kesabaran untuk mengubah perilaku bisnis kita menuju jiwa bisnis Muhammad. Beliau sangat menghargai jiwa bisnis yang mulia dan penuh keluhuran budi, dan mengatakan: ’’Saudagar yang jujur dan dapat dipercaya akan dimasukkan dalam golongan para nabi, siddiqien, dan Syuhada.” Semoga kita termasuk golongan di antara pebisnis tersebut. (Ali Mursid SS MM -Dosen STIE Bank BPD Jateng)

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak, tapi jangan spam !