05 December 2009

Filled Under: ,

Sanering Mata Uang Won Korea Utara

Wow Black in News !!! menggegerkan. Ternyata sanering uang kertas masih ada lagi. Kali ini terjadi di Korea Utara, negeri yang sedang diisolasi karena program nuklirnya. Hal ini terkait upaya untuk menekan perkembangan pasar gelap di Korea Utara. Bayangkan pasti akan banyak orang miskin baru !.

Mekanismenya sendiri adalah dengan memotong/menghilangkan 2 digit nol, sehingga 100=1. Atau nilai Won lama dianggap 1/100 dari nilai mata uang won yang baru. Menurut pakar ekonomi dari Korea Selatan Choi Soo-young, mengatakan sanering ini dilakukan untuk mengendalikan inflasi di negara dengan sistem perekonomian terpusat bergaya komunis itu. "Tapi Korea Utara juga ingin menghentikan pasar gelap berkembang terlalu cepat," katanya.

Parahnya tidak semua uang Won yang lama dapat ditukar dengan yang baru. Setiap orang hanya dapat menukarkan maksimal 100.000-150.000 Won untuk uang kertas dan 300.000 untuk rekening bank. Kelebihan uang yang dimiliki (diatas nilai maksimal tadi) akan menjadi kertas yang tidak bernilai dan mungkin akan bernilai sama dengan kertas bekas, karena tidak bisa ditukar. Lagi-lagi upaya penjajahan dan perampasan kekayaan rakyat secara masisve dilakukan oleh pemerintah komunis. Situasi Korea Utara yang kacau akan semakin kacau, akan terjadi chaos dimana-mana. Rakyat turun kejalan untuk protes.

Sanering uang kertas sendiri bukanlah hal yang baru, Indonesia pun pernah mengalaminya pada tahun 1965. Pada waktu itu Rupiah sedang dalam masa tragis selama lima tahun 1960-1965. Ajaibnya angka inflasi mirip dengan angka tahun yaitu 650% dan indeks biaya mencapai 438. Pada saat itu nilai Rupiah anjlok dari Rp.160/US$ menjadi Rp.120.000/US$. Pada kondisi yang genting ini pemerintah mengeluarkan kebijakan yang disebut dengan sanering Rupiah dalam bentuk Penetapan Presiden (PenPres) No 27/1965. Yaitu dengan memotong tiga angka nol terakhir dari Rupiah lama menjadi nilai Rupiah baru (Rp.1000 = Rp. 1 uang baru).

Sangat jelas bahwa uang kertas tidak dapat lagi disebut sebagai uang. Karena uang kertas tidak dapat menjalankan fungsi uang yang sebenarnya dan tidak memiliki nilai intrinsik yang seharusnya uang miliki.


6 comments:

  1. hal yang sama juga terjadi di Zimbabwe, inflasi parah menyebabkan keluarnya mata uang 100.000.000.000

    ReplyDelete
  2. He.he.. ternyata ada juga yg lebih parah dari Indonesia.. amiiiin.. (lho??)

    ReplyDelete
  3. Moga-moga ngga menimpa Bangsa Indonesia
    lebih irit motor biasa dibanding motor matic

    ReplyDelete
  4. Uang kertas banyak sekali mengalami kegegalan dulu di Jerman saat PD II orang membawa uang 1 gerobak cuma untuk beli satu roti, di saat yg sama uang kertas di amerika tidak ada harganya sampai di pake untuk wallpaper.

    Yang terbaik adalah kembali kepada Dinar dan Dirham yang sudah terbukti terjaga nilainya. Selain itu Uang dalam bentuk emas dan perak itu tidak akan mengalami penurunan nilai (depresiasi) seperti uang kertas. Pada uang kertas nilai uang saat ini belum tentu sama dengan nilai yg akan datang. Dengan konsep yang nilai yg akan datang itu, maka orang menggunakan konsep bunga untuk merecover kerugian penurunan nilai uang kertas (walaupun tidak pernah bisa).

    ReplyDelete

Silahkan berkomentar dengan bijak, tapi jangan spam !